Januari 2015 saya tergabung dalam
grup one day one juz (odoj). Keputusan saya ikut grup ini adalah untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al qur’an. Susah sekali awalnya untuk bisa
kholas 1 juz sehari. Tetapi dengan semangat teman-teman odoj akhirnya saya bisa
melaluinya dengan baik. Di hari ke 30 saya mengikuti grup ini, yang artinya
hari itu khatam (30 juz) pertama saya di odoj, saya mengetahui kalau saya
sedang hamil anak kedua. Sungguh anugerah yang luar biasa. Alhamdulillah.
Saya, suami dan keluarga sangat
senang mengetahui kehamilan saya. Tetapi sedikit galau juga karena saat itu
anak pertama kami Azzam masih berusia 14 bulan dan masih menyusu. Mungkin
karena faktor kegalauan tersebut, Azzam mengalami perubahan perilaku. Yang
tadinya mau makan menjadi susah makan dan hanya mau nenen saja. Saya sih tidak
merasa keberatan kalau harus menyusui Azzam meskipun sedang hamil. Tetapi kali
itu kegalauan muncul dari eyang dan ompung yang meminta Azzam berhenti menyusu
karena berbagai mitos alasan. Setelah diskusi panjang, akhirnya saya pun
sepakat untuk menyapih Azzam. Sedih rasanya harus berhenti berpelukan sebelum
tidur, karena untuk memudahkan proses menyapih, Azzam tidur di kamar eyang. Tetapi
saya juga tidak tega kalau harus terus menyusui Azzam, karena dengan terus
menyusu, Azzam malah tidak mau makan, maunya nenen terus.
Kegalauan tidak bisa memberikan
ASI sampai 2 tahun pun makin lama bisa saya lupakan karena kesibukan saya di
kantor dan kehamilan kedua. Kehamilan kedua ini hampir sama dengan kehamilan
pertama. Merasa mual dan gampang capek mulai dari awal sampai akhir kehamilan.
Tetapi menurut penilaian teman-teman sih saya ini tipe hamil ngebo, yang jarang
muntah-muntah. Hehe.
Kehamilan yang kedua ini saya
lalui dengan perasaan campur aduk, galau masalah Azzam, stress masalah kerjaan,
dan bahagia dengan segala hal mengenai kehamilan. Untuk mengusir perasaan
galau, saya ikut kelas yoga hamil dan hypnobirthing di Bidan Sayidah. Ikut
kelas yoga hamil dan hypnobirthing ini sangat membantu pada saat proses lahiran.
Selain yoga di kelas yang dilakukan seminggu sekali, tetapi lebih banyak
liburnya, saya beli gymball untuk latihan di rumah.
Pemeriksaan antenatal saya
lakukan di tiga tempat, pertama di RS Baitul Hikmah dengan dr. Lambang, SPOG. Kedua
dengan bidan Soraya yang kebetulan masih saudara dan dekat rumah. Yang ketiga
tentunya dengan bidan Sayidah, konsultasi sekalian ikut kelas yoga hamil dan
hypnobirthing.
Rencana pertama kami sekeluarga
sepakat untuk lahiran di bidan dekat rumah saja, karena faktor jarak yang dekat
dengan rumah. Ini tidak jadi karena selama kehamilan posisi bayi sering
berputar-putar. Hingga memasuki 36 minggu pun masih sungsang dan lintang. Rencana
kedua ini sebenarnya hanya rencana saya dan suami untuk melakukan homebirth
atau waterbirth di bidan Sayidah. Rencana ini dicancel karena faktor restu
keluarga. Padahal saya pengen sekali merasakan waterbirth yang konon katanya
lebih nyaman. Rencana ketiga, yang akhirnya berjalan. Saya melahirkan di RS
Baitul Hikmah.
Waktu usia kehamilan 32 minggu
saya jatuh di depan kantor yayasan pada saat mengisi presensi sore. Karena
khawatir, malamnya saya dan suami pergi ke bidan dekat rumah untuk kontrol. Betul
saja, posisi bayi sungsang saat itu, dan bidan menyarankan untuk perbanyak sujud.
Saya galau tetapi saya coba konsultasi dengan bisan Sayidah via bbm dan saya
memperoleh jawaban yang menentramkan hati. Love you full bu Ida. Beberapa hari
kemudian saya coba kontrol ke dokter di RS Baitul Hikmah. Rencananya ingin
konsultasi dengan dr. Lambang, tetapi ternyata saya salah jadwal, karena ada
perubahan jadwal di RS. Baitul Hikmah yang baru ini. Akhirnya daripada pulang,
saya coba dengan dr SPOG perempuan, yang kurang memuaskan menurut saya. Tetapi saat
itu saya coba bertahan dulu dengan dokter perempuan ini.
Jadwal kontrol berikutnya, saya
datang untuk bertemu dokter perempuan ini, ternyata ibunya sudah pulang. Dan dr.
Lambang yang sedang praktik saat itu. Akhirnya saya kembali periksa dan
konsultasi dengan dokter lambang hingga menjelang lahiran. Seminggu sebelum
lahiran sempat diledekin, karena sudah 39 minggu tapi belum lahir juga. Tetapi setelah
diperiksa semuanya dalam kondisi baik, dokter hanya berkomentar, kalau si bayi
nunggu tanggal cantik. Hehe. Dokter menjelaskan kalau mau lahiran di RS, nanti
datang ke RS kalau sudah ada tanda-tanda keluar lendir darah dan kontraksi
rutin. Tetapi jika keadaan darurat, misalkan ketuban pecah saya dianjurkan
harus segera datang ke RS.
Menunggu itu menggalaukan. Karena
kontraksi palsu sudah sering datang, tetapi belum ada tanda akan melahirkan. Tetapi
pagi hari 40 minggu kurang sehari, tanda yang dinanti itu muncul. Keluar lendir
dan darah dan kontraksi yang sudah mulai rutin. Kali ini sudah yakin kalau
sebentar lagi akan lahiran. Sambil menunggu kontraksi saya lakukan pelvic rocking. Ngobrol asik bareng
suami dan masih sok-sokan menyuruh suami berangkat ngajar malam dulu. Karena
hari itu jadwal kontrol, saya memutuskan malam harinya untuk kontrol ke RS.
Baitul Hikmah.
Ba’da maghrib berangkat dari rumah
diantar bapak dan ibu, serta sudah siap membawa barang-barang dan gymball. Ba’da
isya periksa ke poli kandungan, dan cerita dengan dokter kalau sudah keluar
lendir darah. Akhirnya dokter memeriksa dalam, dan ternyata sudah pembukaan 1,
tetapi serviks sudah tipis. Dokter memberikan pilihan, untuk pulang atau opname
di RS karena perkiraan besok pagi saya akan melahirkan. Saya pilih opname saja
karena khawatir buru-buru nantinya. Setelah cek in kamar dan memindahkan
barang, saya sempatkan untuk sholat isya dan pelvic rocking lagi sambil ngitung durasi kontraksi.
Sekitar pukul 21.30 kontraksi
makin kuat, dan saya mendadak ngantuk. Akhirnya saya putuskan untuk rebahan di
bed sambil smsan sama suami. Saya minta suami langsung saja datang ke RS. Eh ternyata
mampir rumah dan santai-santai dulu. Karena kontraksi makin kuat, ibu coba
panggil bidan yang jaga. Bidan datang memeriksa bukaan ternyata bukaan 7.
MashaAllah, kaget sekaligus senang karena prosesnya cepat. Akhirnya saya di
bawa ruang bersalin.
Di ruang bersalin sudah ada dua
ibu yang juga mau lahiran, yang keduanya lumayan heboh. Kalau saya seperti
biasa mendadak kalem kalau mau lahiran. Pembukaan 9 ketuban pecah sendiri.
Tidak lama dokter datang dan ternyata pembukaan sudah lengkap dan dengan sekali
mengejan lahirlah bayi perempuan mungil nan unyu dengan tangis yang cetar
membahana bak rocker.
Kamis, 2 Oktober 2014 pukul 22.15
lahirlah perempuan cantik yang bernama Akifa Jannata Siregar. Berat lahir 3200
gram dan panjang 46 cm. Cukup mungil jika dibandingkan dengan abangnya.
Alhamdulillah atas izin Allah prosesnya berjalan lancar dan mudah. Tanpa infus
dan insuksi. Saya merasa melahirkan kali ini cukup gentle. Belum genap sehari
dokter pun sudah memperbolehkan kami pulang karena kondisi kami berdua yang
sudah baik. Tiga hari kemudian kontrol dan dokter menyatakan semua baik dan
saya tinggal buat aja program anak ketiga. Hahaha.
|
Belum genap sehari |
Di hari ketujuh disembelihlah 1
kambing untuk aqiqah. Diresmikan namanya dan digunting rambutnya. Semoga Akifa
Jannata Siregar tumbuh sehat dan menjadi perempuan salihah. Aamiin.
Beberapa hal yang menjadi catatan saya di kehamilah dan persalinan kedua ini:
1. Yoga hamil dan latihan pelvic rocking bisa memperlancar persalinan
2. Hypnobirthing sangat membantu mengelola stress saat hamil
3. Makan makanan dengan gizi seimbang agar tubuh sehat dan nutrisi janin terpenuhi
4. Tilawah, membaca terjemahan ataupun mendengarkan murothal tiap hari ini juga sangat membantu mengelola stress
5. Mencari tempat pemeriksaan antenatal yang nyaman
6. Survei lokasi persalinan
7. Membuat catatan kehamilan, karena hamil itu menyenangkan (ini lupa saya lakukan) hehe