Drama kehidupan keluarga kami mencapai babak baru dengan
banyaknya perubahan yang sudah kami alami. Saya dan suami pindah kerja yang
mengharuskan kami pindah domisili dari Kendal kembali ke Padangsidimpuan.
Karena itu anak-anak pun ikut kami boyong ke kota kelahiran suami.
Cerita dimulai ketika bulan September ada pengumuman
pembukaan CPNS di IAIN Padangsidimpuan. Mengetahui informasi tersebut, saya
yang merasa sudah nyaman dengan pekerjaan kala itu bertekad untuk tidak
mendaftar. Tetapi setelah melalui perdebatan panjang semalaman dibarengi dengan
drama nangis bak ngiris bawang, saya dan suami sepakat mendaftar. Menjadi dosen
adalah minat saya dan suami. Sedangkan memiliki anak dosen pns adalah keinginan
mertua yang paling utama. Itu lah yang menjadi salah satu motif kenapa akhirnya
saya dan suami ingin mendaftar tahun ini. Di sisi lain untuk jurusan kami, ada
2 formasi berbeda yang dibutuhkan. Artinya saya dan suami tidak harus bersaing
untuk mendapatkan posisi yang sama.
Setelah melalui drama yang panjang untuk meminta restu dari
orang tua, akhirnya kami memperoleh izin untuk mendaftar. Konsekuensi dari pilihan
ini tentu saja bapak dan ibu akan kesepian karena kami harus pindah dari
Kendal. Ini sedikit lucu sebenarnya karena sepertinya PeDe sekali akan
diterima, sedangkan mendaftar saja belum. Meskipun berat, alhamdulillah bapak
ibu memberikan dukungan penuh kepada kami. Terutama berkat doa bapak ibu dan
mertua juga Allah banyak memberikan kemudahan dalam prosesnya.
Masa cuti sebelum melahirkan saya gunakan untuk mendaftar
online, mengirim berkas, hingga menyiapkan dokumen-dokumen penting lainnya.
Masa galau menunggu jadwal tes pun tak sengaja dilalui dengan gembira karena
kami kedatangan anggota keluarga baru. Perempuan mungil, sehat, dan in syaa
Allah salehah yang kami beri nama Akifa Jannata Siregar. Tak lama kemudian surat
panggilan tes cat pun datang. Kami harus melalui tes pada tanggal 14 November
2014 di Padangsidimpuan. Akhirnya setelah berunding dengan suami dan
mengumpulkan tabungan untuk ongkos ke Padangsidimpuan, kami pun mendapat tiket
tanggal 10 November 2014 dengan rute SRG-JKT-PLZ. Kali ini kami memilih rute
tersebut dengan pertimbangan kami harus membawa Akifa yang saat hari
keberangkatan masih berusia 38 hari.
|
SRG |
|
PLZ (Sibolga) |
Perjalanan panjang dari
Kendal-Semarang-Jakarta-Sibolga-Padangsidimpuan saya, suami dan Akifa pun alhamdulillah
berjalan lancar. Hanya sedikit kendala ada di suami yang punya masalah telinga
berdenging ketika landing. Kali ini sedikit parah karena suami sampai keringat
dingin. Sesampai di Padangsidimpuan kami masih mempunyai waktu untuk menyiapkan
mental dan fisik untuk menghadapi CAT.
Hari yang ditunggu tiba, dengan sebelumnya menyiapkan ASIP
untuk Akifa, saya berangkat ke lokasi tes diiringi dengan doa suami dan
orang-orang yang menyayangi saya. Saya berangkat sendiri karena suami mendapat
giliran sesi 2 sedangkan saya sesi 1. Alhamdulillah setelah tes berakhir saya dan
suami mendapat nilai yang cukup memuaskan. Kami menduduki peringkat teratas di
formasi masing-masing. Sedangkan suami yang hingga akhir sesi pun menduduki
peringkat teratas dari semua formasi. Saya sangat bangga dengannya J
Masa-masa menunggu tahap tes selanjutnya pun dilalui dengan
drama di mana kami harus resign dari tempat kerja yang lama akibat masa cuti
sudah habis. Berat sekali bagi saya berpisah dengan teman-teman seperjuangan
dan mahasiswa yang, sunggu sudah seperti anak, adik, dan sahabat. Semoga Allah
memberikan kemudahan kepada teman-teman untuk berjuang mencapai apa yang
diinginkan. Juga untuk mahasiswa, in syaa Allah akan dimudahkan dan tetap
semangat meskipun harus berpisah dengan dosen rempong, cerewet, galak, tapi
ngangenin seperti saya.
Pengumuman tes lanjutan pun sudah datang. Di hari kami
melakukan tes lanjutan ini, saya sangat grogi karena saya harus mengalahkan 2
pesaing yang tentu saja sama-sama mumpuni dan sudah berpengalaman. Saya
berusaha sekuat tenaga menampilkan yang terbaik. Karena saat itu yang ada di
pikiran saya, ketika saya gagal, saya sudah membuang uang dengan sia-sia. Uang
apa??? Ongkos pesawat Semarang-Sibolga tidak murah, jadi sayang sekali jika ini
sia-sia karena saya kalah akibat tidak sungguh-sungguh dalam ujian.
Sebulan lebih kami menunggu dengan galau di Padangsidimpuan.
Saya selalu merindukan sulung kami, Azzam yang terpaksa kami tinggal karena belum
pasti juga kami diterima. Jadi sayang ongkos. Apalagi dia kan sudah 2 tahun
yang artinya ongkos pesawat pun sama dengan penumpang dewasa. Setelah tes
kedua, kami memutuskan untuk pulang ke Kendal mengurus dokumen-dokumen serta
melepas rindu dengan Azzam dan bapak ibu.
Baru sehari di Kendal, alhamdulillah kami mendapat kabar
baik. Alhamdulillah kami lolos cpns menjadi calon dosen di IAIN
Padangsidimpuan. Dan drama pamitan dengan keluarga dan tetangga di Kendal pun
dimulai. Keluarga dan tetangga sedih karena harus berpisah dengan Azzam yang
unyu-unyu itu. Azzam yang lahir di Padangsidimpuan akan kembali ke tanah
kelahirannya. Semoga kami sekeluarga diberi kemudahan, kekuatan dan kesabaran
untuk menghadapi drama kehidupan berikutnya.
|
Menuju Padangsidimpuan |
|
Keceriaan Azzam di Ruang Tunggu |